Pada gejolak perangkum riak yang bergerak, aku kembali Menerka luka di sepanjang sunyi yang tergulung decit besi rel kereta api beradu kesedihan, dalam lintas antara hinggap yang lepas dan luka yang pantas Di situlah aku menjalin senyap merawat harap tempat tubuh meretas lumpuh ingatan yang masih butuh pelukan yang telah runtuh separuh yang tak lagi utuh ramai hanya puing mahkota bisu tempat jiwa menitip raga menjaga yang tak terjaga mengasihi yang tega mendamba suci dalam jelaga di situlah aku merekat patah mengikat langkah balut rangka bergelut duka berdamai dengan andai menerima yang tak kuterima mengemas tanpa memelas kangen hanya bising dalam kilau beling pendar yang mengoyak sadar mencekik yang telah tercabik menyiksa yang tak lagi merasa menempa yang telah hampa dan cukup di situlah aku menitip pesan dalam doa peraduan agar kau tetap senang bahagia, tercukupi, sehat dan tak kekurangan biar aku yang menempa diri hingga ke belantara tersembuny
Perihal masalah rindu, banyak unsur yang mengambil peran d dalamnya. Jarak, waktu, serta keadaan turut andil. kadang manusia luput mengartikan masalah rindu ini d kehidupan percintaannya. Rindu jika disalah artikan dapat membumi hanguskn bahtera percintaan yang baru atau sudah lama di bangun. Pada percintaan dua insan yang terpisah dengan jarak dan kesibukan kadang mengalami problematika ini, rindu yang hadir kadang berubah jadi pencarian payung kenyamanan pada individu lain karena terbiasa dinyamankan oleh cinta pasangan. Rindu juga kadang dialami oleh sepihak saja karena terhalang oleh kepemilikan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Oleh karenanya rindu yang dialami manusia kalah, jika dikomparasikan dengan unsur ciptaan Tuhan lainnya. Semisal langit dan bumi, langit selalu punya cara mengungkapkan rindunya, yaitu lewat hujan, dan membekas pada genangan-genangan kebahagiaan yang menjadi kenangan. ToBeContinued
Komentar
Posting Komentar